Harga Batu Bara Loyo, Jadi Korban Ambruknya Gas

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara terkoreksi setelah sempat naik sehari sebelumnya.  Koreksi harga batu bara disebabkan harga gas Eropa yang melemah ke level terendah dalam dua bulan lebih dan melimpahnya pasokan China dan India sebagai dua negara konsumen dan produsen batu bara terbesar.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$ 144 per ton atau turun 0,52% pada perdagangan Kamis (14/12/2023). Penurunan ini membatalkan harapan pedagang batu bara dengan tren kenaikan sebelumnya yang sempat menembus US$ 150. Pelemahan ini juga berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 0,7% pada Rabu.
https://datawrapper.dwcdn.net/OaPjT/2/

Koreksi harga batu bara terjadi seiring dengan harga gas Eropa yang juga mengalami koreksi. Mengutip Reuters, tertahannya harga si pasir hitam disebabkan pasokan gas Eropa tetap kuat di tengah kepastian aliran pipa dari Norwegia dan tambahan kedatangan kapal tanker gas alam cair (LNG) yang stabil di Eropa.

Dari sisi permintaan, suhu di barat laut Eropa diperkirakan belum menunjukkan level musim dingin yang signifikan atau masih mendekati level normal untuk bulan Desember, data LSEG menunjukkan.

Selain itu, persediaan penyimpanan gas tetap kuat yaitu 90,1% penuh, menurut data terbaru dari Gas Infrastructure Europe. Sebagai catatan, gas merupakan substitusi batu bara dan sumber energi pilihan Eropa.

Penurunan harga gas menyebabkan beralihnya pembeli batu bara, sehingga turut menyebabkan adanya koreksi. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) berbalik arah setelah terkoreksi, melesat 3,3% ke 34,62 euro per MWh.

Harga gas Eropa menunjukkan tren penurunan, setelah sempat menembus level 50 euro per MWh pada 13 Oktober 2023. Harga gas saat ini menunjukkan level terendahnya sejak 5 Oktober 2023 atau 2 bulan lebih.

Di Inggris, puncak pembangkit listrik tenaga angin diperkirakan sebesar 11,4 gigawatt (GW) pada hari Kamis, meningkat menjadi 15,6 GW pada hari Jumat, dari total kapasitas terukur sekitar 23 GW, data Elexon menunjukkan.

Harga batu bara mengalami penurunan lebih lanjut pada pekan ini di tengah melimpahnya pasokan dan lemahnya permintaan dari China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia.

Beralih ke Asia, China terpantau memiliki pasokan yang cukup besar. Semakin tingginya pasokan, memungkinkan China untuk membatasi tingkat impornya. Selain pasokan yang tinggi, permintaan China diperkirakan masih akan lesu pada beberapa pekan ini.

Tiongkok diperkirakan akan mengimpor 24,82 juta ton batu bara termal pada Desember, turun dari 29,38 juta dibanding November (month to month/mtm). Di sisi lain, impor China masih meningkat dibanding Desember 2022 (year on year/yoy) sebesar 23,91 juta ton.

Demikian pula dengan India, S&P Global Commodity Insights memperkirakan pengguna sumber energi kotor terbesar ke-2 ini akan menahan permintaan karena persediaan yang sehat.

India diperkirakan mengimpor 14,54 juta ton batubara termal pada Desember, turun dari 17,42 juta dibanding November dan 18,87 juta pada bulan Oktober.

Tiongkok dan India lebih menyukai batubara berenergi rendah yang berasal dari Indonesia sebagai eksportir batubara termal terbesar di dunia dan juga mendiversifikasi batu bara kualitas tinggi dari negara pengirim terbesar kedua, Australia. https://bermimpilahlagi.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*